AdSense

Sabtu, 30 Agustus 2008

HIKMAH DI BALIK KRISIS TYRE

Dibalik krisis tyre yang terjadi sejak sekitar tahun 2004/2005 dan sampai sekarang masih terasa pengaruhnya ternyata banyak menyimpan cerita atau fakta yang menarik, setidaknya bagi saya.

BAN BIAS NAIK DAUN


Pada tahun 2004 (sebelum krisis tyre), hampir semua kontraktor utama di bidang pertambangan sudah menggunakan ban radial dalam operasionalnya. Bahkan di perusahaan tempat saya bekerja, ban bias sama sekali sudah tidak dipakai lagi untuk unit Haul Truck/Earthmover.

Tetapi krisis tyre membuat semuanya berubah drastis, karena ban radial susah didapat akhirnya ban bias juga menjadi rebutan, bahkan menjadi andalan. Dalam kondisi seperti ini sepertinya harga bukan lagi menjadi masalah, berapapun pasti di beli. Sungguh tidak masuk di akal ketika mendapat supply tyre bias (merknya juga baru kali itu saya dengar) dengan harga USD16000, padahal harga normal ban radial pada saat itu (th 2005) “hanya” sekitar USD6500. Pada saat itu pula saya mengenal ban ban dari merk yang sebelumnya belum pernah saya dengar seperti Belshina, Henan, Tianli, General, MRF dll.

Perbedaan spesifikasi antara ban bias dan radial membuat hampir semua tyreman yang sudah terbiasa dengan ban radial, kembali harus buka buku tentang bias dan coba cari cari bahan yang bisa dijadikan referensi. Banyak cara yang diambil untuk tetap bisa survive dengan ban bias, mulai dari pengurangan muatan, memperpendek jarak bahkan ada yang melakukan pengecheckan pressure tyre setiap jam sekali tergantung medan operasional yang dihadapi.

JASA REPAIR MENJAMUR, BAN SCRAP DICARI



Krisis ban juga ternyata menjadi berkah bagi sebagian orang. Hampir setiap bulan ada saja yang datang untuk menawarkan jasa repair tyre, baik di fasilitas yang dia punya, maupun dilokasi kita (on site), ada yang benar benar sudah profesional tetapi tidak jarang ada yang masih mencoba memulai, bahkan ternyata ada yang hanya sekedar perantara saja.


Suatu hari ada yang datang menawarkan untuk mengangkut limbah tyre scrap dengan mengatas namakan nama salah satu bupati di Kaltim, dengan tujuan untuk dijadikan sebagai tanggul di Pulau Kumala (Tenggarong). Namun akhirnya kita tidak setuju karena ternyata ybs tidak bersedia mebawa semua limbah ban scrap, ternyata dia masih memilih milih kembali ban yang akan dibawa. Selidik punya selidik ternyata ban itu memang bukan untuk dibawa ke Pulau Kumala, ternyata akan di repair lagi. Dan ternyata fenomena ini saya temui juga di 2 jobsite berikutnya yang saya jalani.

BAJAK MEMBAJAK MEMBLUDAK
Krisis ban juga ternyata berdampak yang sangat besar bagi orang orang yang berkecimpung dengan ban itu sendiri. Setiap perusahaan berusaha merekrut tyreman yang dianggap terbaik untuk mendukung kelangsungan usahanya, di sisi lain tyreman juga pasti akan tertarik dengan penawaran kesejahteraan yang lebih baik. Tidak heran banyak tyreman yang pindah ke kompetitor, atau pindah dari user ban menjadi supplier, jasa repair bahkan menjadi konsultan ban. Namun satu hal, walaupun demikian sesama tyreman tetap saling berkomunikasi meskipun perusahaan tempat kerjanya merupakan kompetitor bagi perusaahaan lain.

Sampai saat ini krisis ban mungkin masih terasa perusahaan tertentu, dan untuk ukuran ukuran tertentu. Namun tanpa terasa, akhirnya kita bisa melalui krisis yang suda berjalan hampir 5 tahun. Terima kasih atas pelajaran berharga ini, yang sudah menghasilkan tyreman tyreman tangguh.